BELAJAR DARI MANIS DAN PAHITNYA ASPARTAM
By Indah Saraswati
Aspartam kita kenal sebagai salah satu pemanis buatan yang sering digunakan dalam berbagai produk makanan dan minuman. Senyawa ini ditemukan pada tahun 1965 oleh ilmuwan berkebangsaan Amerika James M. Schlatter. Aspartam merupakan turunan utama dari asam amino yang merupakan unit terkecil dari suatu protein, yaitu fenilalanin dan asam aspartat. Senyawa ini memiliki tingkat kemanisan relatif sebesar 60 sampai 220 kali lebih besar dari tingkat kemanisan sukrosa. Layaknya pemanis buatan yang lain, penggunaan aspartam ini memiliki ambang batas maksimum tertentu jika dikonsumsi oleh manusia. Komite Ahli Gabungan FAO-WHO tentang Aditif Makanan (JECFA) menyatakan bahwa asupan harian yang dapat diterima oleh tubuh manusia (acceptable daily intake) sebesar 50 mg/kg berat badan, sedangkan pada produk makanan sebesar 500 mg/kg sampai dengan 5.500 mg/kg produk.
Salah satu yang sering dibicarakan mengenai aspartam ini adalah karakter rasanya yang sering meninggalkan rasa pahit di pangkal lidah setelah kita mengkonsumsinya saat bercampur dengan produk makanan atau minuman. Hal ini tentu saja memberikan rasa penasaran karena karakter rasa pahit dan manis ini saling bertolak belakang.
Karakter yang bertolak belakang ini ternyata merupakan hal yang sangat umum ditemui pada senyawa-senyawa yang berasal dari alam. Dalam ilmu sains, senyawa ini sering disebut dengan senyawa organik, yaitu senyawa yang dalam struktur molekulnya banyak memiliki atom C (karbon). Salah satu yang menarik adalah bahwa senyawa organik ini memiliki isomer.
Bagaimana kita membayangkan isomer adalah layaknya kita menangkupkan telapak tangan kanan dengan tangan kiri masing-masing. Dari proses ini kita menyadari bahwa telapak kanan dan kiri bentuknya sama, besarnya sama, dan ketika ditangkupkan maka akan terlihat bahwa keduanya benar-benar mirip hingga kita pun akan kesulitan untuk menemukan titik perbedaannya. Namun di sisi lain, keduanya saling melengkapi sehingga dalam kesehariannya kita bisa melakukan berbagai hal yang kita inginkan dengan kedua tangan tersebut. Hal ini juga yang terjadi ketika kita melihat aspartam, bahwa senyawa ini memiliki (minimal) dua struktur yang sangat mirip dan sangat sulit untuk dipisahkan.
Keberadaan isomer ternyata memberikan karakter manis dan pahit ketika kita mengkonsumsi produk makanan dan minuman yang mengandung aspartam. Seperti bayangan kita terhadap telapak tangan kanan dan kiri, aspartam juga memiliki karakter tersebut yang dalam ilmu sains sering dinyatakan sebagai bentuk alfa-beta, S-R, dan dekstro-levo. Aspartam dalam bentuk S ini akan memberikan rasa manis sedangkan dalam bentuk R akan memberikan rasa pahit. Seperti yang kita rasakan dengan keberadaan tangan kanan dan tangan kiri kita, keberadaan kedua bentuk ini juga akan berada dalam suatu sampel yang sama. Hal ini tentu saja membuat kita akan merasakan manis dan pahit ketika mengkonsumsi aspartam tersebut.
Sama seperti kehidupan yang sekarang kita jalani. Layaknya manis dan pahit aspartam yang selalu berjalan beriringan, kita juga sering merasakan kondisi seperti itu. Kemarin kita merasakan betapa pahitnya kehidupan ini, tetapi hari ini Tuhan memberikan kepada kita “rasa” manis yang bisa saja akan selalu terkenang sepanjang sisa umur kita di dunia ini.
Seorang Mahatma Gandhi pernah mengatakan bahwa hidup itu tidaklah mudah, tetapi buat menjadi lebih sederhana. Dan saya pun setuju bahwa hidup tidak akan pernah mudah. Apalagi pada situasi pandemi seperti sekarang ini, rasanya kita hanya merasakan pahit, pahit, dan hanya pahitnya kehidupan. Namun, saya percaya bahwa Tuhan selalu memberikan apa yang kita perlukan. Aspartam memberikan rasa manis dahulu baru meninggalkan rasa pahit, tetapi kita, manusia, punya kesempatan dan kemampuan lebih dari itu. Bahwa kita harus bisa belajar dari aspartam, yaitu menerima pahitnya kehidupan ini dan kemudian menyadari bahwa rasa pahit itu adalah awal mula kita akan menerima “rasa manis” itu.
Tentang Penulis
Indah Saraswati adalah staf pengajar Fakultas Farmasi Universitas Diponegoro. Meraih gelar Sarjana Kimia dari Universitas Diponegoro, Magister Ilmu Kimia di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Tags:
Ikuti terus tutorial saya di e-Project dan channel
saya di